Komunikasi NON-VERBAL adalah komunikasi yang berlangsung secara diam-diam tanpa vokal dan dapat berupa bahasa tubuh, gerak tubuh, simbol, dan suara. Ketika bahasa sikap pembicara cocok dengan isi pidatonya, maka pendengar langsung mengetahui bahwa pembicara tersebut jujur dan tulus dalam pidatonya. Komunikasi terkadang dapat dilakukan melalui barang-barang seperti ruang wawancara, sertifikat di dinding, ukuran meja di belakang jenis karpet, pakaian orang tersebut dan handset yang dimilikinya. Objek di sekitar seseorang menunjukkan statusnya, seberapa sukses dia, dan imbalan apa yang harus dia berikan. Bahasa adalah wahana di mana pesan dapat disebarluaskan kepada audiens yang dituju.
Bahasa bisa konatif; Yakni berpengaruh, fungsional, persuasif, kasar, merdu, halus dan mungkin kuat, apalagi jika dikemas dengan baik menggunakan perangkat retoris seperti assonance, litotes, onomatopoeia, rhyme, rhythm dan sebagainya. Implikasi yang dibawanya adalah implikasi yang tidak bisa terlalu ditekankan. Seseorang bisa meneteskan air mata, tersenyum, masam bulan, mengencangkan wajahnya, dendam keperakan, pingsan atau mendapatkan kepercayaan diri. Ini termasuk nada pembicara, kecepatan dia berbicara, volume yang dia pertahankan, kualitas suara (nada), dan gerakan yang dia lakukan untuk membuat kata-katanya bermakna.
Tindakan fisik berkaitan dengan ruang dan lingkungan sekitarnya. Tindakan fisik menarik perhatian dan oleh karena itu penting bahwa tindakan tersebut hanya untuk membantu komunikasi yang efektif. Tindakan tersebut dapat mengekspresikan kepribadian pembicara dengan lebih baik dan menciptakan suasana hati yang baik di antara hadirin. Oleh karena itu, isyarat dan gerak tubuh yang tidak berarti, mekanis atau stereotip harus dihindari. Unsur terpenting dari tindakan fisik adalah postur tubuh, gerakan, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Gestur biasanya menarik perhatian, jadi dosen atau komunikator harus memastikan mereka tidak mengalihkan perhatian pendengar dari apa yang Anda katakan.